JAKARTA –Detik35.Com
Mendagri Tito Karnavian bicara soal pengembangan pembangunan sistem transportasi Indonesia. Dia mengatakan fokus transportasi pembangunan di daerah tidak bisa disamakan.
Tito menerangkan konsep sistem transportasi ini berdasarkan pengalamannya di lapangan selama menjabat sebagai Kapolda Papua, Kapolda Metro Jaya, Kapolri, hingga Mendagri. Dia mengatakan pembangunan transportasi tak bisa berhenti pada satu masa pemerintahan saja.
“Kami sedikit banyak… bukan ahli transportasi tapi punya cara pandang tentang sistem transportasi kita. Ini yang mungkin saya harapkan, saya tak mau terkunci pada topik tentang smart transportasi atau sustainable transportasi, energi yang digunakan nonfosil, tapi juga pembangunan yang berkelanjutan,” kata Tito di Hub Space 2024, di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (6/9/2024).
Tito kemudian menerangkan membangun sistem transportasi di Indonesia harus menyadari kondisi geografis Indonesia. Menurutnya Indonesia yang merupakan negara kepulauan harus membagi fokus sistem transportasinya.
“China negara berbasis daratan, sehingga moda transportasi darat jadi utama. India juga negara berbasis daratan, otomatis fokus pada transportasi darat sebagai moda transportasi utama. Ketiga adalah Amerika juga negara berbasis daratan, dari San Fransisco, Los Angles di pantai barat sampai New York dan Washington DC di pantai timur itu semua terkonek dengan daratan sehingga transportasi daratan dapat.. kecuali Alaska dan Hawaii,” tuturnya.
“Kita satu-satunya dari 10 negara terpadat penduduk tertinggi di dunia yang adalah archipelago. Sehingga kalau saya berpendapat moda transportasi utama, untuk meng-connect nasional itu untuk penumpang adalah udara, untuk barang adalah laut, dan kemudian moda transportasi darat ini sangat dipengaruhi faktor demografi,” lanjut Tito.
Tito lalu mencontohkan kebutuhan transportasi di Papua. Menurut dia, Papua tidak membutuhkan smart transportasi. Sementara Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling membutuhkan transportasi yang terintegrasi.
“Untuk daerah seperti Papua, mereka nggak membutuhkan (transportasi) yang terlalu smart… karena penggunanya kurang. Mereka butuh transportasi darat yang terconnect, cukup. Mungkin belum transportasi massal, nggak ekonomis mungkin. Tapi kalau kita bicara Jawa, 56 persen dari 280 juta penduduk artinya di atas 150 juta orang ada di Jawa. Otomatis kebutuhan kita moda transportasi ini the most priority dan kalau bicara membangun integrasi antar moda antartransportasi, Jawa,” kata Tito.
Pentingnya Kolaborasi Pusat-Daerah
Kepada Beegelora.com di Jakarta dilaporkan, Tito mengatakan selama ini banyak hambatan yang terjadi saat pemerintah hendak membangun transportasi terintegrasi..
“Saya berpikir bahwa untuk bisa membangun sistem transportasi, kolaborasi pemerintah pusat dan daerah yang penting,” kata Tito
Tito mengatakan pemerintah sudah membagi tugas antara pusat dan daerah untuk mempermudah pembangunan infrastruktur. Namun, katanya, hambatan politik kerap menghambat pembangunan transportasi terintegrasi.
“Nah persoalan muncul lah banyak di sini, persoalan di antaranya politik. Gubernurnya tak cocok sama bupati atau wali kota, jalan provinsinya nggak dibangun sama dia, dibiarkan bolong-bolong. Bupati, wali kota mau memperbaiki dengan APBD kabupaten-kota jadi temuan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),” ucap Tito.
“Kalau juga pemerintah pusat tidak memberikan atensi untuk membangun jalan infrastruktur di daerah-daerah yang merupakan jalan nasional, provinsi nggak bisa membangun itu, memperbaiki itu, karena jadi temuan lagi BPK,” tambahnya.
Padahal, pembangunan infrastruktur transportasi sangat diperlukan masyarakat. Dia mengatakan pusat dan daerah harus melaksanakan tugas masing-masing dengan baik untuk membuat transportasi terintegrasi.
“Inilah menjadi kewajiban kita semua. Kita harus bisa mengkolaborasikan antara pusat, kemudian provinsi, dan kabupaten kota. Karena masing-masing ada pembagian tugasnya untuk bangun infrastruktur ini,” kata Tito.
“Dan ini memerlukan kesamaan mindset, perlu hati. Karena ini untuk kepentingan rakyat. Yang baik adalah mengambil kebijakan, karena melihat ada potensi problem, dan diantisipasi, dicegat, supaya problem itu tidak terjadi,” imbuhnya.
Tito mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan berbagai cara untuk mewujudkan pembangunan transportasi yang baik. Dia mengatakan Jokowi sangat memperhatikan kebutuhan infrastruktur berupa jalan hingga pelabuhan.
“Saya kira sekitar semua sudah tahu, beliau (Jokowi) sangat atensi pada infrastruktur, baik jalan, tol, jalan-jalan yang lain, ada Trans Sumatera, Trans Jawa, termasuk moda transportasi yang baik. Bandara, dermaga, yang sangat luar biasa banyaknya, terminal,” ujar Tito.
Hub Space didukung oleh Book Cabin member of Lion Air Group, PT Pertamina International Shipping, PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), INSA, SOECHI, ANDHIKA GROUP, Gurita Lintas Samudera, PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari, Pan Maritime Wira Pawitra, Pelindo – Indonesia Maritime Gateway, PT Djakarta Lloyd (Persero), BAGONG BUS, Jasa Raharja, PT Tjahja Sakti Motor, Artimu Group, PT Ambang Barito Nusapersada, PT ZEF Energi, ANTAM, PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, Airnav, Andhika Lines, Honda, JASA MARGA, PT Eurokars Motor Indonesia, Buy The Service (Teman Bus), ASOSIASI GAPASDAP (Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai dan Penyeberangan), Celebes Railway Indonesia, Sinar Jaya Group, Toyota, PT Isuzu Astra Motor Indonesia, KAI Commuter, Pendirian Perkumpulan Perusahaan Perlengkapan Jalan Indonesia (P3JI), PT LRT Jakarta, PT Gandasari Group Investama, Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), KIA, Gojek, Chery, PT Bayubahari Santosa, Transnusa Airlines, SUZUKI, INFA & PORT (Indonesian National Ferry & Port Owners Association), Dharma Lautan Utama, PT PELNI (Persero), PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports), PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, KAI Bandara, PT Subsea Lintas Globalindo, PT Bahtera Bahari Shipyard, Astra Daihatsu Motor, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,
PT Biro Klasifikasi Indonesia, MRT Jakarta, Transjakarta, Citilink, PP Sinergi Banjaratma, PT Qumicon Indonesia, PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia, POLYGON, PT Wahyu Samudera Indah, PT Sumber Teknik Motor, PT Multi Harapan Utama, PT Gunung Bara Utama, PT Oorja Indo KGS, PT Inti Samudera Timur, PT Multiintegra, PT Rina Indonesia, PT Atoism Lampung Pelayaran, PT Pelabuhan Barito Kuala Mandiri, PT Petrokimia Gresik, Snepac Group Batam, JIIPE – Java Integrated Industrial Ports and Estate, Pelita Air a Member of Pertamina, Grab, PT Karya Indah Alam Sejahtera, Perintis, Tol Laut, dan Ternak, Ranji Karya Sakti, KTU Shipyard, PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua, PT Tesco Indomaritim, PT ASL Shipyard, PT Metro Nusantara Bahari, PT Hasnur Jaya International, PT Varia Usaha Bahari, Astra Honda Motor, Wuling Motors, PT Sinaralam Dutaperdana, PT Agung Prima Nusantara, Eastern Logistic – Lamongan Shorebase, PT Pancaran Maritim Transportindo, Talenta Bumi, Mandiri, PT Lintech Duta Pratama, Pertamina Trans Kontinental, PT Antang Gunung Meratus, PT Hub Maritim, PT Synergy Tharada, Pelita Indonesia Djaya, PT INKA, PT Dok Pendingin, dan PT Indonesia Multi Purpose Terminal. (***)