-->

Notification

×

Iklan

 


Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Gunung Kerinci dan Legenda Uhang Pandak: Antara Mitos, Kepercayaan, dan Jejak Leluhur di Tanah Sumatra

| April 13, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-13T12:14:14Z

 

Jambi – detik35. Com

Gunung Kerinci, gunung berapi tertinggi di Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai raksasa alam yang aktif, tetapi juga menyimpan warisan budaya dan legenda kuno yang hingga kini masih diyakini oleh masyarakat sekitar. Gunung yang berdiri megah di antara kabupaten Kerinci (Jambi) dan Solok Selatan (Sumatera Barat) ini dipercaya sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya makhluk-makhluk gaib serta menjadi rumah bagi salah satu legenda paling misterius dari tanah Sumatra: Uhang Pandak.


Uhang Pandak (dalam bahasa Kerinci: "manusia pendek") merupakan sosok yang telah lama menghuni cerita rakyat di kawasan pegunungan Kerinci. Makhluk ini digambarkan bertubuh kecil, pendek (sekitar 60–120 cm), berjalan tegak seperti manusia, berbulu lebat, dan sangat lincah. Masyarakat setempat meyakini bahwa Uhang Pandak bukan sekadar legenda, melainkan benar-benar ada, namun enggan menampakkan diri kepada manusia kecuali dalam keadaan tertentu.


Laporan-laporan penampakan makhluk ini sudah ada sejak zaman kolonial. Bahkan pada awal abad ke-20, beberapa penjelajah Belanda dan Inggris seperti Van Heerwarden dan Deborah Martyr pernah mencatat kesaksian mereka mengenai makhluk serupa yang disebut "Orang Pendek". Martyr, seorang peneliti asal Inggris, bahkan tinggal bertahun-tahun di kawasan Kerinci untuk menelusuri keberadaan makhluk ini.


Dalam kepercayaan masyarakat adat Kerinci, Uhang Pandak bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga merupakan penjaga alam, utusan dari dunia gaib untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan hutan. Mereka dipercaya akan muncul ketika manusia mulai serakah, merusak alam, atau melanggar adat.


Oleh sebab itu, masyarakat sekitar Gunung Kerinci sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan pantangan, terutama saat berada di kawasan hutan atau saat mendaki gunung. Ritual permohonan izin kepada roh penjaga gunung kerap dilakukan sebelum mendaki, dan kata-kata kasar atau perilaku sombong sangat dilarang di wilayah ini.


Gunung Kerinci sendiri dianggap sebagai tempat suci. Banyak masyarakat percaya bahwa puncaknya adalah tempat para roh leluhur berkumpul. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa sembarangan mendaki atau menginjak wilayah-wilayah tertentu di lereng gunung tanpa izin adat.


Legenda juga menyebutkan bahwa di beberapa sudut hutan di sekitar Kerinci terdapat “jalan gaib”, jalur yang tak terlihat mata manusia biasa, dan hanya akan terlihat oleh mereka yang “terpanggil” secara spiritual. Cerita tentang orang hilang di gunung selama berhari-hari, namun merasa hanya beberapa jam di sana, sering dikaitkan dengan fenomena mistis ini.


Di sekitar kawasan Gunung Kerinci juga terdapat beberapa tempat yang dianggap keramat, seperti Danau Gunung Tujuh, Danau Kaco, dan Air Terjun Telun Berasap. Masing-masing memiliki cerita mistis tersendiri. Danau Kaco, misalnya, dikenal karena airnya yang biru terang dan tetap bercahaya meski di malam hari, dan menurut legenda, dijaga oleh makhluk halus serta roh bangsawan zaman dahulu.


Legenda Gunung Kerinci dan Uhang Pandak adalah warisan budaya yang mencerminkan hubungan erat masyarakat Kerinci dengan alam. Di tengah gempuran teknologi dan modernisasi, kisah-kisah ini tetap hidup—diceritakan dari mulut ke mulut, dilestarikan dalam adat, dan dijaga dalam batin masyarakat sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur.


Meskipun belum terbukti secara ilmiah, legenda-legenda ini memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi. Mereka bukan hanya cerita kosong, tetapi cermin kearifan lokal dan rasa hormat terhadap alam, sesuatu yang sangat relevan di tengah krisis lingkungan saat ini.(Redaksi) 

×
Berita Terbaru Update