-->

Notification

×

Iklan

 


Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengenang Perjuangan Emansipasi Perempuan di Tengah Belenggu Tradisi"

| April 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-18T16:58:37Z

Jakarta, detik35. Com

Hari ini, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Kartini, sebuah momentum nasional yang diperingati setiap tanggal 21 April untuk mengenang jasa Raden Adjeng Kartini, pelopor kebangkitan perempuan pribumi di masa penjajahan Belanda.


Lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879, Kartini merupakan putri dari keluarga bangsawan Jawa. Meski hidup dalam lingkungan adat yang ketat, Kartini menunjukkan pemikiran yang jauh melampaui zamannya. Ia percaya bahwa perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki.


Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Kartini harus menerima kenyataan bahwa ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah karena adat kala itu menuntut perempuan bangsawan untuk menjalani masa pingitan. Namun semangat belajar Kartini tidak surut. Ia terus membaca, menulis, dan menjalin surat-menyurat dengan sahabat-sahabatnya di Belanda.


Dari korespondensi itulah muncul gagasan-gagasan Kartini tentang kesetaraan gender, pendidikan untuk perempuan, serta kritik sosial terhadap feodalisme dan diskriminasi terhadap perempuan pribumi. Pandangan-pandangan ini kemudian dibukukan dengan judul "Door Duisternis tot Licht" atau dalam terjemahan Indonesia, "Habis Gelap Terbitlah Terang."


R.A. Kartini wafat pada usia 25 tahun, hanya beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya pada 17 September 1904. Meski usianya singkat, warisan pemikirannya tetap hidup dan menjadi pendorong bagi gerakan emansipasi perempuan Indonesia.


Sebagai penghormatan atas jasanya, Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 108 Tahun 1964 menetapkan 21 April sebagai Hari Kartini, yang diperingati secara nasional setiap tahunnya.


Berbagai kegiatan digelar untuk mengenang perjuangan Kartini, mulai dari lomba busana adat, seminar perempuan, hingga aksi sosial yang melibatkan pelajar dan masyarakat umum. Di sekolah-sekolah, siswa-siswi mengenakan pakaian adat dan membacakan puisi atau cerita perjuangan Kartini.


Meski sudah lebih dari satu abad sejak Kartini menulis surat-surat perjuangannya, semangat dan nilai-nilai yang ia perjuangkan masih relevan hingga kini. Kesetaraan gender, akses pendidikan, dan pemberdayaan perempuan masih menjadi isu penting di berbagai sektor kehidupan.


Hari Kartini bukan sekadar seremoni, tetapi juga pengingat bahwa perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan masih perlu diteruskan oleh generasi masa kini.(Redaksi) 

×
Berita Terbaru Update